UsTaz Dr Abdul Muhaimin Al Muqri Al Haj |
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ
نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَاْلعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا
وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ
“Dari Syaddad bin Aus, Nabi SAW bersabda, “Orang yang cerdik adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya dan menyiapkan diri untuk hari akhirat. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berandai-andai kepada Allah.” [Hadis Hasan riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah]
Hendaknya kita bercermin kepada hadis di atas, menjadi orang yang cerdik, pandai mengelola keperibadian diri dengan mengendalikan hawa nafsu untuk mendapatkan kualiti kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Nabi SAW mentakrifkan bahawa setiap muslim hendaknya bijaksana, hawa nafsu yang ada pada dirinya merupakan ujian dari Allah SWT yang harus digunakan untuk kebaikan, jangan diperturutkan untuk sesuatu yang dilarang Allah SWT, jangan menjadi budak syaitan yang senantiasa ingin menjerumuskan manusia muslim sehingga menjadi temannya di neraka.
Kecerdikan itu tercermin pada muhasabah yang senantiasa dilakukan seorang muslim, apakah langkah kehidupannya sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah ataukah bertentangan dengan kehendakNya? Sayidina Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Hitungkanlah dirimu sebelum kamu dihitung [di hari akhirat]”.
Orang yang cerdik senantiasa menggunakan kesempatan dengan semua hal yang bermanfaat, tidak ada kesia-siaan yang menghiasi hari-harinya. Tidak menunda-nunda kesempatan kebaikan dengan berandai-andai seraya mengatakan, “Suatu hari nanti saya akan berbuat baik” atau “Nanti ketika usia tua saya mau bertaubat”.
Seperti dijelaskan oleh Nabi SAW, berandaiandai adalah ciri orang yang lemah, lemah keimanannya, selalu memperturutkan hawa nafsu dengan menahan kebaikan dan melanggar larangan.
Allah SWT menyerukan kepada kita untuk mempersiapkan hari esok, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al Hasyr: 18]
Fiqh Hadits · Dorongan untuk menjadi muslim yang cerdik dan kuat · Hawa nafsu merupakan bentuk ujian bagi setiap muslim yang harus dikendalikan agar sesuai dengan kehendak Allah SWT. · Anjuran untuk meninggalkan sikap malas, dan menggunakan kesempatan untuk kehidupan akhirat. · Kesenangan akhirat tergantung kepada sejauh mana seseorang dapat mengendalikan hawa nafsunya.
No comments:
Post a Comment