Cerita ini panjang lebar diriwayatkan di dalam Hadis Riyadus Salihin Karangan Imam An-Nawawi Ra.
Kisah ini bukan kisah pertama yang di ceramahkan di Masjid ini, kerana ia adalah menjadi Teladan Tarbiyah yang dilakukan oleh Rasulullah saw demi melaksanakan hukum syariat dan hukum fiqhul awaliyyat. Dalam Hadith ini sangat panjang untuk dibicarakan dan kisah ini masuk dalam bahagian At-Tajarrud. Mungkin di antara kita sudah sering mendengar kisah tentangnya. Biasanya kisahnya dihubungkan dengan kefuturan (lemah iman) dan perjuangan bersama Rasulullah saw.
Pada perang Tabuk, ada beberapa sahabat yang tidak berangkat berperang. Salah satu di antara mereka. Salah satu di antara mereka adalah Ka’ab bin Malik. Marilah kita dengarkan cerita Ka’ab yang menunjukkan kejujuran imannya, usai turunnya pengampunan Allah atas dosanya.
“Aku sama sekali tidak pernah absent mengikuti semua peperangan bersama Rasululah saw, kecuali dalam perang Tabuk. Perihal ketidakikutsertaanku dalam perang Tabuk itu adalah karena kelalaian diriku terhadap perhiasan dunia, ketika itu keadaan ekonomiku jauh lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Demi Allah, aku tidak pernah memiliki barang dagangan lebih dari dua muatan unta, akan tetapi pada waktu peperangan itu aku memilikinya.
Sungguh, tidak pernah Rasullah saw. merencanakan suatu peperangan melainkan beliau merahsiakan hal itu, kecuali pada perang Tabuk ini. Peperangan ini, Rasulullah saw. lakukan dalam keadaan panas terik matahari gurun yang sangat menyengat, menempuh perjalanan nan teramat jauh, serta menghadapi lawan yang benar-benar besar dan tangguh. Jadi, rencananya jelas sekali bagi kaum muslimin untuk mempersiapkan diri masing-masing menuju suatu perjalanan dan peperangan yang jelas pula.
Rasulullah saw. mempersiapkan pasukan yang akan berangkat. Aku pun mempersiapkan diri untuk ikut serta, tiba-tiba timbul fikiran ingin membatalkannya, lalu aku berkata dalam hati, “Aku boleh melakukannya kalau aku mau!”
Akhirnya, aku terbawa oleh fikiranku yang ragu-ragu, hingga para pasukan kaum muslimin mulai meninggalkan Madinah. Aku lihat pasukan kaum muslimin mulai meninggalkan Madinah, maka timbul fikiranku untuk mengejar mereka, tetapi mereka belum jauh. Namun, aku tidak melakukannya, kemalasan menghampiri dan bahkan menguasai diriku.