|  | 
| Ustaz Farid b. Zainal | 
Ini  adalah kisah seorang laki-laki yang kehilangan untanya di tanah yang  sunyi lagi sepi. Lalu dia tidur, tapi tiba-tiba unta itu sudah berdiri  di depan matanya. Saking bahagianya dia berucap, "Kamu adalah hambaku  dan aku adalah tuhanmu." Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah  menyampaikan bahwa Allah lebih berbahagia terhadap taubat seorang hamba  daripada orang yang menemukan kembali untanya yang hilang ini.
Teks Hadis
Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya  dari Samak berkata bahwa Nu'man bin Basyir berkhutbah, "Sungguh, Allah  lebih berbahagia dengan taubat hamba-Nya daripada seorang laki-laki yang  membawa makanan dan minumnannya di atas punggung unta, kemudian dia  berjalan. Sesampainya di daerah yang sepi, datanglah waktu untuk qoilulah(tidur siang). Dia turun dan ber-qoilulah  di bawah pohon. Dia tertidur dan untanya pergi meninggalkannya. Dia  terbangun lalu berjalan beberapa jarak, tetapi dia tidak menemukan apa  pun. Kemudian dia berjalan beberapa jarak untuk kedua kalinya, tetapi  dia tetap tidak menemukan apa pun. Lalu dia berjalan beberapa jarak  untuk ketiga kalinya, tetapi dia masih tidak menemukan apa pun. Dia  kembali mendatangi tempat di mana dia beristirahat siang. Manakala dia  sedang duduk, tiba-tiba untanya datang berjalan hingga dia menjatuhkan  tali kekangnya di depannya. Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat  seorang hamba daripada orang ini manakala dia menemukan unta."
Samak berkata, "Sya'bi mengklaim bahwa Nu'man menyandarkan Hadis ini kepada Nabi. Adapun aku tidak mendengarnya.
Takhrij Hadis
Hadis ini dengan lafadz ini diriwayatkan oleh Muslim dalam 0nya dari Nu'man bin Basyir dalam Kitabud Da'awat, bab dorongan taubat, 4/2103, no.2745.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Mas'ud secara marfu' dalam Kitabud Da'awat, bab taubat,11/102, no.6308.
Diriwayatkan  oleh Muslim dalam Kitabut taubah, bab anjuran bertaubat, 4/2103,  no.2744. Muslim juga meriwayatkannya dari Barra' bin Azib dan Anas bin  Malik
Penjelasan Hadis
Ini  adalah kisah seorang laki-laki di mana Rasulullah menjadikannya sebagai  perumpamaan terhadap kebahagiaan Tuhan dengan taubat hamba-Nya. Kisah  laki-laki ini terjadi ketika dia melakukan perjalanan senirian dengan  bekal makanan dan minuman di atas punggung untanya. Dia berangkat  membelah daratan untuk sampai di tempat tujuannya. Riwayat-riwayat Hadis  menunjukan bahwa yang bisa melewati daratan ini dengan selamat hanyalah  orang yang telah mengenal seluk beluk dan liku-liku jalannya. Laki-laki  ini membawa bekal makanan dan air yang cukup bagi musafir selama dia  harus membelah daratan itu. Hadis-hadis menerangkan bahwa daratan ini  adalah daratan yang sepi, tanpa tumbuh-tumbuhan, sunyi dan mencelakakan,  karena tidak berair dan bermakanan.
Ditengah  hari laki-laki musafir ini melihat sebatang pohon di daratan itu. Dia  sangat lelah. Dia pun turun dan beristirahat di bawahnya. Tidur siang  hari memang digemari oleh banyak orang, lebih-lebih orang yang sedang  kelelahan seperti musafir ini.
Begitu  dia menutup kedua matanya, untanya lalu menghilang. Ketika dia bangun  dia tidak melihatnya. Dia sangat terkejut, bukan karena rugi unta dan  makanan. Itu adalah urusan yang mudah. Akan tetapi, hilangnya unta di  daratan seperti ini berarti mati. Oleh karena itu, dia berlari ke sana-  kemari untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya.
Dia  kembali ke tempat semula dalam keadaan lelah dan haus. Saking lelahnya  dia pun tertidur. Ketika dia bangun, dia menemukan untanya sudah di  depan matanya. Dia sangatlah bahagia dengan kebahagiaan seperti orang  yang selamat dari kematian. Saking bahagianya dia salah berucap kepada  Tuhannya. Dia berkata,"Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah  Tuhanmu." Seperti yang tertuang dalam sebagian riwayat Hadis.
Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah  lebih berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada orang yang  menemukan kembali untanya di daratan yang mematikan tersebut, seperti  yang telah dijelaskan oleh rasulullah.
Pelajaran-Pelajaran Dan Faedah-Faedah Hadis
1.  Keutamaan  taubat. Taubat menjadikan Allah ridha. Allah lebih berbahagia dengan  taubatnya seorang hamba daripada laki-laki yang menemukan untanya d  daratan yang mematikan.
2.  Menetapkan  sifat farah (berbahagia) bagi Allah. Bahagianya Allah adalah sifat yang  sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tidak disamakan dengan  bahagianya makhluk. Ini berpijak kepada firman Allah,"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengannya dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."(QS.Asy-Syura:11)
3.  Kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Dia mengembalikan unta laki-laki ini setelah dia berputus asa darinya.
4.  Hendaknya seseorang berhati-hati. Seandainya laki-laki ini mengikat untanya, maka apa yang terjadi padanya tidak akan terjadi.
5.   Allah  tidak menyalahkan orang yang dikuasai oleh emosi yang berlebihan dan  kehilangan kemampuan berpikir karena takut atau senang atau marah, lalau  dia mengatakan sesuatu yang tidak diinginkannya, sebgaimana Allah tidak  menyalahkan laki-laki ini atas ucapan yang dikatakannya. Seandainya dia  bermaksud mengucapkan hal itu niscaya dia telah kufur kepada Allah.
6.  Seseorang  diperbolehkan menceritakan ucapan orang lain yang salah, seperti  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menceritakan ucapan  laki-laki ini dan sebagaimana Al-Quran menyampaikan ucapan orng-orang  yang mengatakan kekufuran. Seperti ucapan mereka,"Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya." (Ali Imran:181) Dan ucapan mereka,"Tangan  Allah terbelenggu. Sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan  mereka itu dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakana itu." (Al-Maidah:64). 
 
 
No comments:
Post a Comment