|  | 
| Ustaz Ali Tuah | 
OLEH :USTAZ ALI TUAH [PENSYARAH UIAM ]
Sesungguhnya ummat Islam yang beriman itu bersaudara:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya  bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua  saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”  [Al Hujuraat 10]
Orang-orang yang beriman itu ibarat satu tubuh. Jika satu bagian sakit, yang lain ikut merasakan sakit:
Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (Shahih Muslim No.4685)
Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (Shahih Muslim No.4685)
Ummat Islam itu saling menguatkan satu sama lain:
Hadis riwayat Abu Musa ra. dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. (Shahih Muslim No.4684)
Rasulullah saw. bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. (Shahih Muslim No.4684)
Allah melarang ummat Islam untuk bercerai-berai:
وَٱعۡتَصِمُواْ  بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ  ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ  فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا  حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَاۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ  ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ (١٠٣) وَلۡتَكُن  مِّنكُمۡ أُمَّةٌ۬ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ  بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ  ٱلۡمُفۡلِحُونَ (١٠٤) وَلَا  تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا  جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَـٰتُۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬  (١٠٥)  
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada  tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan  nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)  bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu  karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada  di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.  Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat  petunjuk.
Dan hendaklah ada di antara kamu  segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang  ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang  beruntung.
Dan janganlah kamu menyerupai  orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan  yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa  yang berat,” [Ali ‘Imran 103-105]
Terkadang ada kelompok khawarij yang  berusaha memecah-belah persatuan ummat Islam dengan sengaja fokus  membahas masalah Khilafiyah dan Furu’iyah. Berbagai masalah yang cuma  tercantum di hadits sengaja diperdebatkan panjang lebar meski pihak lain  di luar kelompoknya punya hujjah hadits yang kuat dan sahih juga.  Ujung-ujungnya, mereka menista ummat Islam di luar kelompoknya sebagai  sesat, bid’ah, dan sebagainya.
Padahal jangankan Hadits, ayat Al Qur’an  pun jika mutasyabihaat (tidak jelas ertinya) dilarang untuk dicari  maknanya sehingga menimbulkan perdebatan dan perpecahan. Sila baca:
هُوَ  ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَايَـٰتٌ۬ مُّحۡكَمَـٰتٌ  هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتٌ۬ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ  فِى قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ۬ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَـٰبَهَ مِنۡهُ ٱبۡتِغَآءَ  ٱلۡفِتۡنَةِ وَٱبۡتِغَآءَ تَأۡوِيلِهِۦۗ وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُ ۥۤ  إِلَّا ٱللَّهُۗ وَٱلرَّٲسِخُونَ فِى ٱلۡعِلۡمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا  بِهِۦ كُلٌّ۬ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ  ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (٧) 
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al  Quran) kepada kamu. Di antara isi nya ada ayat-ayat yang muhkamaat,  itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat)  mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada  kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang  mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari  ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah.  Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada  ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan  tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang  berakal.” [Ali ‘Imran 7]
Kelompok Khawarij ini tak segan-segan  menista ummat Islam yang berbeda pendapat dengan mereka dengan berbagai  sebutan yang mereka sendiri tidak suka. Padahal itu dilarang oleh Allah  SWT:
يَـٰٓأَيُّہَا  ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ۬ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن  يَكُونُواْ خَيۡرً۬ا مِّنۡہُمۡ وَلَا نِسَآءٌ۬ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن  يَكُنَّ خَيۡرً۬ا مِّنۡہُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا  تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَـٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ  ٱلۡإِيمَـٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ  (١١) يَـٰٓأَيُّہَا  ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ  ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم  بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُڪُمۡ أَن يَأۡڪُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتً۬ا  فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ۬  رَّحِيمٌ۬ (١٢) 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah  sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi  yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan  perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu  lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan  memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan  adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak  bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah  kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka  itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah  menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka  memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa  jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha  Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12]
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan  dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97,  Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad  no.3465,3708)
Agar tidak berpecah-belah, hendaknya kita berpegang pada Al Qur’an dan Hadits.
Sabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri)
Sabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri)
Kemudian ikuti juga ijma’ (kesepakatan)  para ulama Salaf (yang benar-benar Salaf/terdahulu) seperti Imam Malik,  Imam Hanafi, Imam Syafi’I, dan Imam Hambali. Para Imam tersebut meski  kadang berbeda pendapat, namun tidak mengkafirkan atau saling cela satu  sama lain. Para Imam itulah yang hendaknya kita ikuti:
“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan  ummatku atau ummat Muhammad berkumpul (besepakat) di atas kesesatan”  (Tirmidzi no.2093, Ahmad 6/396)
Tak jarang ummat Islam terpecah ke dalam  kelompok-kelompok kecil yang saling bertikai satu sama lain. Mereka  larut dalam fanatisme golongan (Ashobiyyah):
Ka’ab bin ‘Iyadh Ra bertanya, “Ya  Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong  fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila  seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.” (HR. Ahmad)
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan  bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah (membela kelompoknya,  bukan Islam), maka dia masuk neraka.
Ada yang ashobiyyah dalam hal  kebangsaan/nasionalisme. Hingga sesama Muslim karena beda Negara,  Misalnya Malaysia dengan Indonesia, jadi saling ejek bahkan pernah  perang sebelumnya. Padahal baik Negara Malaysia mau pun Indonesia 100  tahun lalu belum ada (Indonesia baru ada tahun 1945) dan 100 tahun ke  depan pun belum tentu masih ada. Buktinya Timtim sudah lepas dan Negara  Uni Soviet yang besar saja sudah runtuh. Sedang Islam, ribuan tahun  tetap ada. Bahkan di akhirat pun insya Allah tetap ada.
Ada juga sebagian Muslim yang  memecah-belah agama Islam jadi beberapa aliran. Tak jarang ada yang  khawarij yang menyatakan hanya kelompoknya saja yang benar, sedang ummat  Islam lain di luar kelompoknya mereka anggap sesat:
مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَڪَانُواْ شِيَعً۬اۖ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَيۡہِمۡ فَرِحُونَ (٣٢) 
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah  agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan  merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah  belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun  tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah  terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka  apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam:159]
Mereka menamakan kelompoknya  masing-masing dengan nama tersendiri selain Muslim. Dengan nama selain  Muslim itulah mereka bangga-banggakan kelompoknya sambil menista  kelompok lain. Padahal Allah telah menamakan kita sebagai Muslim:
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu..” [Al Hajj 67]
Padahal Allah menamai kita Muslim dan menyuruh kita berdoa agar diwafatkan sebagai seorang Muslim:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
“…Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran  kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri  (kepada-Mu).” [Al A’raaf 126]
Oleh karena itu mari kita kembali ke jalan yang lurus.
Lupakan ashobiyyah / fanatisme golongan. Sebaliknya mari hidupkan ukhuwah Islamiyyah karena ummat Islam itu bersaudara dan seperti satu tubuh yang saling menguatkan satu sama lain. Tempatkan Islam di atas yang lain termasuk kepentingan kelompok.
Lupakan ashobiyyah / fanatisme golongan. Sebaliknya mari hidupkan ukhuwah Islamiyyah karena ummat Islam itu bersaudara dan seperti satu tubuh yang saling menguatkan satu sama lain. Tempatkan Islam di atas yang lain termasuk kepentingan kelompok.
 
 
No comments:
Post a Comment